Senin, 30 September 2019

#8


“ Kadang yang kau prioritaskan hanya perihal bahagia semata, tanpa berkaca dan tak pernah merasa, seringkali senyum dan segudang tawa adalah hasil dari luka yang telah kau cipta. Mengenaskan, jika kau beradu perasaan diatas rapuhnya hati orang yg dulu pikirannya pernah kau taruhkan sebuah harapan”
 

Senja yang kerap kali

Setiap kita yang lahir dari tubuh manusia, masih akan tetap mewarisi tabiat manusia, selalu teringin meraih segalanya, meraup tanpa merasa cukup. Bahkan mengenai cinta sekalipun, kadang kita tak pernah merasa apun, menyakiti lantas pergi, kemudian menebar harapan untuk terbukannya sebuah perasaan kembali, endingnya tak jarang pada kata usai. Begitulah ia terus menerus berputar, hingga ada sebuah hal, ataupun bahkan seseorang yang membasuh hatinya lembut, kemudian hasrat-hasrat menumbuhkan rasa sakit akan perlahan pudar.

Memang bukan jaminan seseorang menjadi alasan bersihnya sebuah nalar. Namun lagi-lagi cinta menduduki singgahsana tertingginya. Sudah, jangan pernah berlanjut membikin hati runyam, terlalu kasihan, karena kelak yang benar-benar jodohnya butuh banyak cara untuk mengobati setiap yang pernah terjadi. Memulailah kembali, berkelanalah pada jalan yang benar secara arah. Jika pada akhirnya kau menyadari belum terlalu paham mengenai cinta, yah sudah jangan bermain, cukup sementara sendiri, lantas temukan apa yang akan membuatmu tak terus menerus melukai hati. Jedalah sejenak, agar beberapa hati merasa jenak.!

dot’8
 


Rabu, 18 September 2019

#7


"ijinkan setiap hati dan raga kita berpelukan dengan proses yang semestinya, serta biarkan ia menjadi alasan munculnya mahakarya, lantas jangan halangi dia untuk mengiringi apa yang telah ia capai. Kadang tidak berhasil memulai bukan berarti ia terhenti, ketika pilihan harus diselaraskan, tak semua wajib untuk menjadi persinggahan, kadang cukup memilih satu yang disitu kamu berdiri tanpa ragu. Jikalau terpaksa harus banyak, buat dirimu merasa begitu jenak. Selamat bernafas untuk setiap proses yang ingin kau buat selaras."

Tempat berteduh dalam medan perang


Kadang tertampar membuat kita sadar, tidak semua keinginan adalah ingin mengenai kebaikkan, tak jarang dia ternodai oleh emosi yang menciderai sebuah tujuan. Berangkat dari tujuan yang tidak bernyawa, sama saja,! Kelak tak ada bagian yang bisa kau hidupkan. Sederhana bisa menjadi hal yang bermakna, jika ia bergandengan dengan ketulusan jiwa. Akhir adalah mengenai awal yang pernah terukir. Tak ada yang mampu pegang penuh pada cahaya, lantas tak semua jalan mampu kita terangkan, dan beriringan denganya tak ada cara untuk membahagiakan semua.


Tak ada mengenai karamnya mimpi, ketika satu hal tidak bisa untuk dimulai. Karena jalanya bermacam-macam, satu tertutup lantas bukan menjadi hal yang terlalu mengancam. Mungkin suatu saat nanti, yang tertutup hari ini bisa saja ia mendekat tanpa sengaja, toh, jika seandainya tidak bisa bukan berarti hidup tak lagi bernada. Hidupmu terlalu biasa jika hanya tergantung pada satu nada yang sama, buat ia beragam hingga tidak alasan kamu untuk diam, ketika yang sebagian kau rasa karam.


dot’7

Selasa, 17 September 2019

Dalam Penjara Intelektual



Dalam Penjara Intelektual
D406, 15 September 2019



Kadang kamu bingung menegenai arah kaki
Kapan ia akan melangkah
Kemana ia akan berjelajah
Serta bagaimana cara agar tidak menyerah

Dalam jiwa yang tak kuat
Dalam jiwa yang tak pula penat
Ada jalan yang perlu kembali untuk diralat
Ada komitmen
Ada tanggung jawab
Ada ikhlas
Ada tenang
Semua terangkum dalam kata berjuang
Yang teramat perlu untuk diangkat
Serta ada kewajiban untuk merawat

Dalam ramai sepi ku rindu
Sebagian pada aku yang dulu
Namun juga mengenai aku dimasa nanti
Perihal itu bukan rindu yang aku sebut
Namun dalam ramai fikiran yang semrawut
Lagi-lagi hari ini seringkali terlalu dikuasai
Oleh fikiran yang gambaran dimasa nanti

Dot_aksara

Kamis, 12 September 2019

#6


“Cinta bak sebuah sirkus, teramat mengejutkan, terlalu sering menegangkan. Bagi yang nyaman akan membuat senang, bagi yang trauma tak ada kata datang untuk yang kedua. Jika yang pertama nihil akan tawa, mengapa harus ada pertemuan selanjutnya”



senja diujung kisah

Jika berani mengatakan pertemuan, berarti harus berani untuk saling menjatuhkan. Menjatuhkan hati kadang tak perlu pertimbangan sana-sini apalagi perihal materi, yang terpenting adalah kesucian dari masing-masing hati. Saling berkomitmen untuk tidak menyakiti, selalu menjaga walau tak selalu intens bersama. Disaat ada dua insan yang memutuskan menjalin ikatan, disitu serial sirkus mulai ambil bagian. Tidak jarang pemaparan akan fakta-fakta mengenai dia yang teramat mengejutkan sedikit membuat hati semakin berbinar bahkan tak jarang mengikis sedikit rasa untuk pudar. 

Terus berjalan bukan berarti tanpa rintangan, kadang alasan untuk tidak saling meninggalkan bukan karena nyaman dengan kesempurnaan, namun lebih tepatnya ingin belajar menerima kekurangan. Tak jarang yang tidak nyaman akan dinyaman-nyamankan untuk mengelorakan kata senang, namun jika terlalu lama drama tak jarang yang memutuskan melambaikan tangan. Sekalinya pergi, kesan pertama bersama menjadi alasan untuk menolak pertemuan selanjutnya. Begitulah kiranya cara kerja sang aktor sirkus cinta.

Dot’6


#5


“Bila hari ini aku bukan seseorang yang terlintas dalam pikiran, ijinkan aku belajar menjadi seseorang yang kelak sulit untuk kau lupakan”




senja di padang intelektual

          Pada masa ini mungkin aku hanya sebuah bayang-bayang bias yang sungguh kau hiraukan. Bahkan, aku bukan fajar yang selalu kau nantikan sebagai sebuah harapan. Bahkan aku juga bukan senja, yang selalu kau kagumi dalam setiap sorot jingganya. Takdir pula tak memberi isarat, yang ada hanya aku yang taramat berharap.
         
Jika hari ini aku tak sedikitpun memiliki ruang, aku tak menganggap bahwa aku sesuatu yang terbuang. Semesta akan terus menuntunku berjalan, bahwa aku teramat perlu melakukan perbaikan. Hingga suatu saat alam akan mengantarkan kita pada sebuah pertemuan.
         
Disitu mungkin aku tak lagi mengharap temu denganmu, dan tak sedikitpun terbayang kau menatapku rindu. Aku tak lagi mengebu seperti dulu untuk memilikimu. Namun, jika kau memilihku tak ada alasan untuk aku mencoba mengabaikan.


dot’5

#4


“Kamu yang mencoba jatuh cinta, siapkah patah untuk yang pertama kalinya?”




Senja dan Serambi

Pada dasarnya kamu asing perihal saling menukar rasa, siapkah untuk memberi ruang? Siapkah untuk sesuatu yang baru dengan berbagai macam kebahagian lantas juga permasalahan? Siapkah untuk setiap alasan? Baik alasan untuk selalu dalam perlindungan, atau justru tiba-tiba muncul alasan untuk harus siap ditinggalkan. Disaat kamu tak lagi sendirian, ada yang harus kau perhatikan, ada banyak alasan untuk kau juga tidak mengecewakan, banyak alasan pula untuk kau siap-siap saling merindukan.

Berpasangan adalah perihal kesiapan. Siap terhadap hal-hal yang kadang tidak sejalan dengan kemurnian pikiran. Karena perihal dua manusia yang sedang kasmaran, kadang logika tak menjadi dasar pemikiran akan permasalah yang datang dan menunggu untuk diselsaikan. 

Jatuh cintalah, namun jatuhlah dengan wajar dan ketika suatu saat ada cidera, kau tak perlu patah dengan teramat dahsyat. Buat kamu yang baru pertama ingin membangun rasa, jangan terlalu dalam,! cukup yang sedang-sedang saja. Tidak ada alasan yang perlu dijelaskan, kau hanya perlu duduk di atas asas kehati-hatian.


Dot’4

#3


“ Sendiri bukan kepastian untuk lepas dari rasa sakit”



senja3


          Sakit tidak hanya terbangun ketika ada dua orang saling berselisihan. Sakit bukan hanya sebab karena terpatahkan oleh adanya sebuah ikatan. Sakit bukan hanya mereka yang bergandengan lantas memutuskan untuk tak lagi mengenggam. Sakit bukan perihal hilangnya momen berduaan dua anak manusia dalam sebuah taman yang penuh semai semerbak hati yang bermekaran. Sakit juga bisa perihal memendam, akan perasaan yang tak bisa terdefinisikan dan sungguh akan terasa sakit tanpa ada kesempatan untuk menggungkapkan. Rasa tidak terima terpangkas oleh kenyataan bahwa sekedar menyapa saja tak ada kata yang tersedia. Begitulah kiranya sakit bagi mereka yang merasa kuat memendamnya sendiri.

Kau kira mereka yang sendiri tak ada rasa yang mencoba mereka bangun?,kau kira mereka yang sendiri tak ada alasan untuk menyamai benih-benih rasa dihati?. Mereka bukannya terlepas dari kata sakit, hanya saja ada sakit yang bukan karena pergejolakan dua hati. Bukan pula sakit perihal alasan ‘ tidak ingin saling mengisi’. Bahkan tidak juga mengenai sakit perihal hadirnya rasa baru dalam belahan jiwa sang kandidat pahlawan yang dari awal berjanji menjadi pelengkapnya. 

Semua bukan perihal sakit mengenai ‘sebab olehnya’, namun mengenai sulitnya mengudarakan apa yang dirasakan hingga sampai pada orang yang menjadi tujuan. Sekedar itu!. Namun sungguh teramat sulit menerima rasa sakit yang tak bisa memudarkan setiap perasaan. Sesunguhnya cinta yang tulus adalah disaat kita mampu memberi sendirian tanpa harus diketahui oleh hati yang ditujukan, bahkan tanpa ada harapan untuk mencipta kebersamaan. Sadar bahwa cinta adalah sebuah makna ‘memberi’, dan ‘memiliki’ adalah sebuah bonus.



Dot’3




#2


“Aku bukan tidak mengenal cinta. Melainkan hanya sesosok manusia yang masih asing dengan rasa dari orang lain”



senja2


Pada suatu hari yang selalu menjadi hari biasa. Tanpa ucapan selamat pagi atau pun sebuah kalimat yang terlalu memanjakan hati, gambaran kisah manusia yang selalu mengantungkan segala urusan dengan diri sendiri. Bukan berusaha menutup diri, namun hanya ingin sejenak memanjakan diri sendiri, karena pasti diri yang manja ini suatu saat akan mendapatkan luka, entah oleh siapa. Cinta adalah serangkain jurnal dari perjalanan anak manusia yang diawal selalu ingin didapatkan, dipertengahan dengan tega dilapisi rasa kebosanan hingga kadang berakhir pada cerita ‘saling mematahkan’. Memang tak semua berjalan seperti halnya cinta sesungguhnya bekerja.

Begini, bukankah cinta sesungguhnya selalu percaya bahwa ‘ harus terbias dari setiap luka, hanya menghadirkan tawa, dan ketika sudah bersama adalah keharusan untuk saling berjuang mengisi kelemahan satu sama lain’. Cinta kini telah bermetamorfosa kearah yang selalu identik dengan akhir sebuah luka. Hingga sebagian orang memilih untuk menjadi asing, untuk akhirnya sejenak mengenal makna cinta yang sebenarnya malalui pilihan untuk tidak bersama siapa-siapa. Pengalaman orang lain kadang membuatnya traumatis untuk sebuah makna yang jauh dari kata sadis. Akan ada masa yang asing akan mengenal, semua ada masa untuk memutuskan berdua, kadang hanya kondisi saja yang mebuat sendiri adalah sebuah keputusan yang bijaksana, guna mengenal kemurnian cinta yang  sesungguhnya.


dot’2

#1





“Jiwa yang teramat asing. Harus kembali pada jalan yang tak membuatnya asing kembali. Ada perjuangan yang harus dituntaskan, ada tawa yang segera harus dimerkahkan. Jangan merasa sok berjuang sendirian, hingga kadang mengambil keputusan yang teramat mengecewakan. Keegoisan sarat makna untuk ditegakkan”


 senja1

Dalam sebuah jurnal yang mencoba kita rangkai memang ada saja hal yang membuat kita tak luput dari kata bosan, staknan, hingga akhirnya bersemailah banyak alasan yang memaksa kita untuk menyegerakan tumbang. Hati memang tak selamanya layak untuk dituruti, harus lebih jeli mana yang harus di tentutan dengan perasaaan dan bagian mana yang harus ditentukan dengan proses berfikir yang penuh pertimbangan. Making a decision itu adalah serangkaian proses yang memang tak harus secepat kilat, perlu perenungan dalam setiap alasan. Masalah bukan suatu yang datang secara instan, begitupun mengenai cara penyelesaian. Logika menjadi kunci utama ketika hati hanya menawarkan keresahan dan kebiasan mengenai sebuah permasalahan. Kadang mengijinkan kita memiliki ruang sendiri lantas bernegosiasi dengan hati juga perlu dilakukan. Mainkan logika, karena hanya ia yang bisa menawarkan kerasionalitasan sesungguhnya.


dot’1

#9

“ Besabar itu tak ada ujungnya, jika kau masih merasa ada batasnya, sungguh sabarmu masih dalam tanda tanya. Segala mimpi yang tak kunjung...